Rekomendasi BMKG

La Nina selalu disebut-sebut bakal menyusul setiap terjadinya El Nino, fenomena iklim yang terjadi saat anomali suhu muka laut mengalami kenaikan. Menyebabkan musim kemarau lebih ekstrem panas dan berkepanjangan.

“Hingga awal Maret 2024, pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudra Pasifik menunjukkan El Nino moderat masih berlangsung dengan nilai indeks 1,59. Sedangkan di Samudra Hindia, pemantauan suhu muka laut menunjukkan kondisi IOD Netral,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan di situs resmi, dikutip Selasa (19/3/2024).

Fenomena El Nino tersebut, lanjutnya, akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli 2024.

“Dan setelah triwulan ketiga (Juli-Agustus-September) 2024 berpotensi beralih menjadi La Nina-Lemah,” ujarnya.

“Sementara itu, kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) diprediksi akan tetap netral setidaknya hingga September 2024. Dan, kondisi suhu muka laut di Indonesia, diprediksikan berada dalam kondisi yang lebih hangat, dengan kisaran +0.5 – +2.0 derajat celcius lebih hangat dari kondisi normalnya,” terang Dwikorita.

Dia pun mengimbau semua pihak agar mewaspadai peningkatan curah hujan.

“Pemerintah daerah dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan,” katanya.

“Selain itu, tindakan antisipasi diperlukan pada wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau atas normal (lebih basah dari biasanya) terutama untuk tanaman pertanian atau hortikultura yang sensitif terhadap curah hujan tinggi,” pungkas Dwikorita.