SOLO – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar mengimbau seluruh masyarakat untuk bersikap bijak dalam menyikapi pemberitaan konflik antara Afghanistan dengan kelompok Taliban. Boy mengatakan, bukan tidak mungkin ada kelompok yang berusaha menggalang simpatisan menggunakan isu tersebut.
“Tentunya kita harus hati-hati dalam menyikapi perkembangan yang terjadi di Afganistan, yang dilanda konflik berkepanjangan itu. Jangan sampai masyarakat salah bersimpati, karena berdasarkan pemantauan kami ada pihak-pihak tertentu yang berusaha menggalang simpatisan atas isu Taliban. Ini sedang kita cermati,” kata Boy usai bersilaturahmi dengan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, di Balai Kota Surakarta, Kamis (19/8), melalui keterangan tertulis, Jumat (20/8/2021).
Boy meminta masyarakat Indonesia bijak dan tetap sadar bahwa apa yang terjadi di Afghanistan tersebut merupakan persoalan dalam negeri. Dia menekankan masalah pergerakan yang terjadi di Afghanistan adalah sesuatu yang tidak boleh terjadi di Indonesia.
“Jangan sampai masyarakat terpengaruh masuk ke dalam aksi-aksi yang tidak perlu. Karena kita adalah negara yang memiliki ideologi dan konstitusi yang mewajibkan kita untuk bela negara sendiri, bukan bela negara lain,” tegas mantan Kapolda Papua ini.
Menyinggung kemungkinan pengaruh pergerakan Taliban dengan kelompok jaringan terorisme Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) di Indonesia, Boy melihat Taliban tidak punya afiliasi dengan ISIS. Kendati demikian, Taliban dalam pergerakannya terjebak dalam perbuatan kekerasan yang dalam terminologi hukum disebut sebagai perbuatan teror.
“Selama berupaya meraih kekuasaan, Taliban melakukan kekerasan. Itu yang tidak sesuai dengan jatidiri bangsa Indonesia. Taliban jangan dijadikan role model bagi anak muda. Karena bertentangan dengan falsafah dan ideologi kita Pancasila,” ucap mantan Kepala Divisi Humas Polri ini.
Dalam kesempatan itu, Boy juga mengungkap isi pertemuannya dengan Gibran. Dia mengaku membahas program yang berkaitan dengan dukungan program vaksinasi terhadap mantan warga binaan BNPT dan penyintas terorisme serta program pencegahan berkaitan dengan masalah radikalisme dan intoleransi yang berkembang di masyarakat.
Sebab, dengan upaya tersebut, menurutnya, diharapkan mantan warga binaan juga dapat berperan aktif dalam menangkal isu hoaks di tengah pandemi COVID-19 yang nantinya malah justru menghambat upaya program nasional percepatan vaksinasi COVID-19.
“Kita menggandeng warga binaan bersama dengan masyarakat agar meyakinkan semua pihak untuk tidak termakan isu hoaks dan mensukseskan program nasional,”ujar mantan Waka Lemdiklat Polri ini.
Boy pun menjelaskan rencana BNPT ke depan dalam hal penanggulangan terorisme. Rencana itu melalui pelibatan seluruh komponen masyarakat, baik secara daring maupun luring, terkait wawasan kebangsaan dan moderasi beragama.
Sebab, menurutnya, keberagaman yang dimiliki bangsa ini justru menjadi kerentanan yang bisa dimanfaatkan oleh kelompok atau oknum tertentu untuk dengan sengaja menimbulkan konflik di tengah masyarakat.
“Kami berupaya meningkatkan peran serta tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam hal pencegahan masuknya paham radikal dan terorisme yang saat ini mengincar anak muda,” ujar Boy.
Tinggalkan Balasan